Header Ads

Ayah, Pemimpin dan Sahabat Keluarga: Antara Tanggung Jawab, Spiritualitas, dan Kehadiran yang Bermakna

Peringatan Hari Ayah yang jatuh pada 12 November sering kali menjadi momen untuk mengingatkan kembali betapa pentingnya peran seorang ayah dalam keluarga. Seorang ayah bukan sekadar pencari nafkah, tetapi juga pemimpin spiritual, pendidik moral, dan mitra sejajar bagi istrinya dalam membangun rumah tangga yang harmonis.

Oleh DR Muhamad Pazri SH MH
(Direktur Utama Borneo Law Firm
Pendiri & Managing LBH Borneo Nusantara
Ketua Yayasan Edukasi Hukum Indonesia (YEHI))

Dalam pandangan Islam, ayah memiliki kedudukan yang mulia. Al-Qur’an banyak menampilkan figur ayah sebagai sosok pembimbing dan pendidik. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menjadi teladan utama seorang ayah yang lembut dalam menanamkan nilai tauhid kepada anaknya. 

Ketika beliau berkata kepada Ismail, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu” (QS. Ash-Shaffat: 102), itu bukan sekadar ujian ketaatan, tetapi juga contoh dialog penuh kasih antara ayah dan anak. Ia tidak memerintah dengan otoriter, melainkan mengajak berpikir bersama.


Rasulullah SAW juga bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” Seorang ayah adalah pemimpin di rumahnya  pemimpin yang tidak hanya memberi arah, tetapi juga menghadirkan keteduhan, keteladanan, dan cinta. Kepemimpinan seorang ayah bukan hanya soal kekuasaan, tetapi soal tanggung jawab dan kehadiran.

Peringatan Hari Ayah juga menjadi saat yang tepat untuk merenungkan peran ayah dalam dinamika rumah tangga masa kini. Pesan bahwa “suami juga harus membantu istri di rumah” adalah bentuk refleksi dari pandangan modern yang sejalan dengan nilai keadilan Islam: bahwa pernikahan adalah kemitraan. Ayah yang ikut serta mengurus rumah, mencuci piring, menemani anak belajar, atau menenangkan mereka ketika rewel, bukanlah kehilangan wibawa justru meneguhkan kasih dan kebijaksanaan.

Ketika seorang ayah mau berbagi tanggung jawab domestik, ia sedang menanamkan nilai kesetaraan dan kerja sama kepada anak-anaknya. Anak yang tumbuh melihat ayahnya turut berperan di rumah akan memahami bahwa laki-laki dan perempuan adalah mitra sejajar dalam menciptakan kesejahteraan keluarga. Sikap ini juga membantu mengurangi beban istri, menciptakan suasana rumah yang damai, dan memperkuat ikatan emosional di antara anggota keluarga.

Di era digital dan kehidupan yang serba cepat ini, banyak ayah terjebak dalam kesibukan kerja, hingga lupa bahwa kehadiran mereka lebih berharga daripada sekadar hasil jerih payah. Anak-anak tidak hanya membutuhkan biaya sekolah atau fasilitas hidup yang layak  mereka juga butuh hadirnya figur ayah yang mendengarkan, menuntun, dan memeluk dengan kasih. Sebab, keteladanan paling dalam lahir bukan dari nasihat, melainkan dari kebersamaan yang penuh makna.

Menjadi ayah masa kini berarti menyeimbangkan tanggung jawab profesional dengan tanggung jawab spiritual dan emosional. Ayah bukan hanya kepala rumah tangga, tetapi juga role model yang menanamkan nilai moral, etika, dan empati. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan: “Didiklah anakmu bukan untuk zamanmu, tetapi untuk zamannya.” Maka ayah perlu terus belajar, beradaptasi, dan tumbuh bersama anak-anaknya.

Di Hari Ayah ini, mari setiap ayah merenung sejenak apakah kita sudah benar-benar hadir untuk keluarga kita? Apakah anak-anak mengenal kita sebagai sosok yang penyayang dan bijak, atau sekadar sosok yang sibuk bekerja?

Karena kelak, bukan harta dan jabatan yang akan dikenang, tetapi jejak kasih, waktu, dan keteladanan yang tertinggal di hati anak-anak.

"Ya Allah, tiada suatu kemudahan kecuali Engkau jadikan mudah, dan Engkau yang menjadikan kesedihan (kesulitan), apabila Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah."

Selamat Hari Ayah Nasional. Semoga setiap ayah di negeri ini terus diberi kekuatan, kesabaran, dan kebijaksanaan untuk menjadi pemimpin yang adil, penyayang, dan spiritual bagi keluarganya demi terwujudnya keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah di tengah tantangan zaman modern.

foto ilustrasi: fabulousiowa.com
close
pop up banner