Header Ads

Transformasi Energi Nasional, DME Batu Bara Digadang Gantikan LPG, Kotabaru Kalsel Masuk Rencana?


MEDIANUSANOW, JAKARTA - Pemerintah Indonesia serius  menuju kemandirian energi nasional melalui pengembangan Dimethyl Ether (DME) berbasis batu bara sebagai bahan bakar alternatif pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG). 

Langkah ini menjadi bagian strategi hilirisasi energi nasional yang tidak hanya menekan ketergantungan pada impor LPG, yang kini mencapai lebih dari enam juta ton per tahun. Tetapi juga memperkuat ketahanan energi dan membuka lapangan kerja baru di berbagai daerah.

Ilustrasi: Medianusanow.com

DME merupakan hasil dari proses gasifikasi batu bara, di mana batu bara padat diubah menjadi gas DME yang memiliki karakteristik serupa dengan LPG. Gas ini dapat digunakan untuk memasak rumah tangga dan industri kecil, menghasilkan nyala api biru bersih tanpa sulfur dan partikulat berbahaya. 

Dengan nilai kalor sekitar 7.749 kkal/kg, DME memiliki energi hampir setara dengan LPG, menjadikannya pilihan realistis untuk kebutuhan rumah tangga dan industri nasional. Pemerintah juga menilai DME sebagai bahan bakar yang berpotensi lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan nitrogen oxide (NOx) maupun partikel debu halus yang mencemari udara.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) menyebut dokumen pra-feasibility study untuk proyek gasifikasi batu bara ke DME telah diserahkan kepada Badan Pengelola Investasi Danantara (Danantara) sebagai langkah awal untuk mempercepat implementasi proyek strategis ini. Pemerintah menargetkan produksi komersial dapat dimulai pada tahun 2026 hingga 2027, bergantung pada kesiapan infrastruktur dan penyelesaian pembangunan pabrik di sejumlah lokasi prioritas.

Enam wilayah utama disiapkan untuk proyek hilirisasi DME, yakni Bulungan (Kalimantan Utara), Kutai Timur (Kalimantan Timur), Kota Baru (Kalimantan Selatan), Muara Enim, Pali, dan Banyuasin (Sumatera Selatan). Kawasan-kawasan ini dipilih karena memiliki sumber daya batu bara besar serta akses logistik yang strategis. Total investasi untuk keseluruhan proyek diperkirakan mencapai Rp164 triliun dan diproyeksikan mampu menciptakan lebih dari 34.800 lapangan kerja baru di sektor energi dan industri pendukungnya.

Namun, di balik potensi ekonominya yang besar, tantangan teknis dan lingkungan masih menjadi perhatian serius. Proses gasifikasi batu bara diketahui menghasilkan emisi karbon yang tinggi. Bahkan mencapai lima kali lipat dibanding LPG konvensional. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah menyiapkan penerapan teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS), yaitu sistem penangkapan dan penyimpanan karbon agar tidak mencemari atmosfer. 

Dengan memanfaatkan batu bara kalori rendah yang selama ini kurang bernilai ekonomi, Indonesia berupaya mengubah sumber daya alam mentah menjadi produk bernilai tinggi yang berkelanjutan dan berdampak langsung bagi kesejahteraan rakyat.

Pemerintah juga melihat peluang besar dalam penggunaan infrastruktur LPG yang telah ada. Karena sifat DME mirip dengan LPG, sebagian besar sistem distribusi dan tabung gas dapat disesuaikan tanpa perlu membangun jaringan baru dari nol. Hal ini membuat transisi dari LPG ke DME lebih efisien secara teknis maupun ekonomi.

Apabila proyek DME berjalan sesuai rencana, Indonesia berpotensi menjadi salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang berhasil memproduksi dan memanfaatkan DME batu bara sebagai pengganti LPG secara komersial. Keberhasilan ini akan menandai babak baru dalam sejarah energi nasional, di mana sumber daya alam tidak lagi sekadar digali, melainkan diolah menjadi kekuatan ekonomi baru yang memperkuat kedaulatan energi dan membawa bangsa menuju masa depan yang lebih hijau dan berdaulat. (esw)
close
pop up banner